siapa itu manusia?

Di sekolah tepatnya dalam pelajaran Biologi, kita mengenal istilah Rantai Makanan; tanaman dimakan serangga, serangga dimakan katak, katak dimakan ular dan lantas ular dimakan burung, burung pun ketika mati akan membusuk dimakan belatung dan atau diurai oleh tanah menjadi unsur hara bagi tanaman.

Nah, pernahkah kita bertanya ‘Dimana Posisi Manusia dalam Rantai Makanan tersebut? Bukankah dari Pelajaran yang sama Kita Mengetahui bahwa Manusia pun digolongkan dalam spesies binatang, tepatnya keluarga mamalia? Tapi alih-alih memberikan tempat spesifik untuk Manusia dalam rantai makanan tadi, Ilmu Biologi justru lebih berfokus pada oragan-organ yang dimiliki manusia bahkan hingga pada tingkatan terkecilnya.

Seiring berjalanya waktu, secara tidak langsung kita mengetahui bahwa Manusia seakan memiliki tempat special di alam ini. Posisi mereka seakan melampaui rantai makanan yang ‘membelenggu’ hewan, tumbuhan dan ekosistem. buktinya adalah betapa banyak Ilmu yang membahas Ihwal kehidupan manusia ini; Antropologi, sosiologi, sejarah, Geografi, Ekonomi, Psikologi, Politik dan banyak lainya!

Kenapa Manusia seakan begitu Dispesialkan sehingga seolah Tak Ada Hubungannya dengan Rantai Makanan dalam Ekosistem? Siapa sebenarnya manusia?’

Bisa dibilang Manusia memang makhluk yang diciptakan spesial ketimbang makhluk-makhluk lainnya, sebagaimana Firman Alloh swt. Dalam QS. Al-isro:17

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا

 “dan sungguh telah Kami Muliakan anak-cucu Adam (manusia) dan Kami Angkut mereka di daratan serta lautan dan Kami Rizkikan kepada mereka dari yang baik-baik dan KAMI LEBIHKAN mereka diatas makhluk lain yang telah Kami Ciptakan, dengan Kelebihan yang sempurna”

Sekejap bisa disimpulkan dari ayat tersebut, bahwa Alloh swt. memang Melebihkan atau Mengkhususkan Manusia ketimbang makhluk-makhluk lain yang telah Dia ciptakan: Manusia mampu memburu hewan-hewan yang ukuranya jauh berbeda dari dirinya seperti rusa, gajah hingga ikan paus. Bahkan belakangan, Manusia bahkan mampu membuat semacam sistem yang menjadikan hewan-hewan dan tanaman-pohon tunduk atas kehendak mereka sehingga bisa menjadi persediaan pangan jangka panjang; ialah sistem peternakan dan sistem pertanian.

Penulis akan coba sederhanakan bahasan soal Manusia ini dengan pertanyaan berikut:

  1. Keutamaan macam apa yang membuatnya mampu melampaui makhluk-makhluk lain yang hidup di Bumi?
  2. Kenapa mereka mendapat keutamaan tersebut?
  3. Konsekuensi apa yang kudu diterima Manusia atas kespesial-an mereka itu?
  4. Jadi, Siapa sebenarnya Manusia?

Pertama, hendak penulis sampaikan bahwa bahasan singkat ini hanyalah bertujuan untuk memberikan gambaran besar soal identitas manusia, sehingga pasti ditemui kekurangan detil disana-sini.

Keutamaan dan Kekurangan Manusia

Kalau merujuk pada QS. asy-Syams (91):7-8

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا – فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“Demi Jiwa dan Kesempurnaan penciptaanya, Maka Allah ilhamkan pada jiwa tersebut Fujur dan Takwa”

Kta dengan mudah bisa menyimpulkan bahwa segala kekurangan yang dimiliki manusia bersumber dari satu sifat bernama Fujur sedangkan segala keunggulan yang dimiliki manusia bersumber dari satu sifat bernama Taqwa. 

Adapun keunggulan dan kekurangan di bawah ini hanyalah turunan yang berasal dari sumber utama diatas.

1. Keutamaan yang Allah Anugerahkan kepada Manusia yang membuatnya unggul ketimbang makhluk lain, secara general bisa dirangkum dalam dua hal saja:

Ialah Sebuah potensi yang kiranya khusus dimiliki manusia (disamping Jin dan malaikat mungkin) ketimbang hewan ataupun tanaman. Potensi akal ini memiliki seperangkat ‘alat’ biar betul-betul berfungsi.

Ada dua alat yang dimaksud, Pertama ialah Panca Indera yang dipergunakan Manusia untuk mempersepsi dan mengidentifikasi. Alat yang kedua ialah Pikiran yang denganya, diterimalah segala informasi yang ditangkap Panca Indera dan lalu didefinisikanlah olehnya segala sesuatu. Hal ini Penulis dasarkan pada Firman Allah QS. an-Naml (16):78

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah-lah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, Agar kalian semua bersyukur”

Redaksi kata yang dipergunakan dalam ayat tersebut adalah “pendengaran” serta “penglihatan” dan bukan menggunakan kata ‘telinga’ ataupun ‘mata’, seakan hendak menekankan betapa pentingnya Informasi yang ditangkap oleh telinga dan mata, Di akhir ayat, Allah secara tak langsung memberi isyarat bahwa Informasi tersebut sejatinya merupakan sesuatu yang layak buat disyukuri oleh kita.

  • Fitrah

Entitas yang satu ini sejatinya sangat berkaitan erat dengan proses penciptaan Manusia, sebagaimana yang Allah Firmankan dalam QS. ar-Rum (30):30

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Singkat kata, Fitrah ialah kecenderungan mendasar Manusia untuk menggantungkan segala harapan dan hasratnya pada Entitas yang lebih Tinggi, Kuasa dan melampaui segala kehebatan manusia. Ialah kecenderunganya untuk beribadah kepada Allah dan berdiin (beragama) islam. Definisi ini disandarkan pada sebuah hadits terkenal dari Abu Hurairah RA

مَا مِن مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ . فَأَبَوَاهُ يَهُوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Tiada bayi yang dilahirkan kecuali lahir dalam keadaan fitrah. Maka ayah bundanyalah yang menjadikannya Yahudi. Nasrani atau Majusi

Dari hadits tersebut kita mendapati bahwa Fitrah adalah kebalikan dari agama-agama yang dibawa oleh orang tua si bayi: Nasrani, Yahudi, Majusi dan agama-agama lainya, Apalagi kalau bukan agama Islam!

Maka dengan Kombinasi antara Akal dan Fitrah (kecenderungan untuk menghamba) inilah, Manusia kiranya berhasil menempatkan diri di posisi yang lebih unggul ketimbang makhluk lain

2. Kekurangan yang dimiliki Manusia

Dibalik dua keutamaan manusia sebelumnya, sejatinya Manusia memiliki kekurangan yang memang tidak membuat dia otomatis kehilangan keunggulanya yang harfiah atas makhluk lain, tapi bisa menjungkirbalikan kecenderungan manusia buat menghamba tadi, sehingga mereka menjadi hina di mata Allah, Karenanya dalam Qs. al-‘Ashr (103):2 disebutkan

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ- إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh, serta senantiasa saling menasehati dalam sabar dan kebenaran”

Bahwa hakikat sejati manusia adalah berada dalam kerugian, siapapun mereka, tak peduli dia seorang pengusaha, polisi, tentara, pejabat atau bahkan presiden sekalipun, hakikat diri mereka sejatinya adalah berada dalam kerugian (فِي خُسْرٍ), kecuali mereka yang senantiasa bertausiah atau saling menasehati dalam dan dengan cara yang benar serta sabar.

 

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑